Tidak ada catatan khusus tentang bagaimana terbentuknya Desa Ambowetan. Hanya ada cerita dari mulut ke mulut sebagai dongeng pengantar tidur anak – anak yang dijadikan sebagai asal usul desa Ambowetan

Jaman dulu ada saudagar kaya yang mempunyai dua orang anak. Saudagar tersebut memiliki tanah yang sangat luas. Sebelum meninggal saudagar tersebut membagi tanah miliknya sebagai warisan untuk kedua anaknya, Bungsu dan Ragil. Sebelah Barat (Kulon) untuk si Bungsu dan sebelah Timur (Wetan) untuk si Ragil. Kedua anak saudagar tersebut merasa bahwa dalam pembagian tanah waris tersebut tidak adil. Si Bungsu menganggap tanah milik si ragil lebih luas, begitu juga sebaliknya. Hingga terjadi adu mulut yang agak lama, si Bungsu mengatakan “Ombo Wetan” (Luas timur) dan si Ragil mengatakan “Ombo Kulon” (Luas Barat). Akhirnya Saudagar tersebut memberikan sebagian tanah si Bungsu kepada si Ragil, dan sebagian tanah si Ragil bagian timur (wetan) untuk si Bungsu. Hingga pada akhirnya saudagar tersebut memberikan nama Ambokulon untuk tanah si Bungsu dan Ambowetan untuk tanah milik siRagil.

Ambowetan dan Ambokulon pada awalnya adalah satu daerah, konon katanya akibat perseteruan kedua kakak adik tersebut, Ambowetan dan Ambokulon berkembang menjadi dua desa dan memiliki kecamatan yang berbeda. Desa Ambowetan masuk kedalam wilayah kecamatan Ulujami dan Desa Ambokulon masuk kedalam wilayah kecamatan Comal.

Hingga saat ini di wilayah desa Ambowetan terdapat wilayah desa Ambokulon dan di Desa Ambokulon pun ada juga terdapat wilayah desa Ambowetan. Cerita tersebut diperkuat oleh adanya jalan Pantura yang membagi desa Ambowetan menjadi dua daerah, bagian selatan dan Utara. Meskipun terbagi menjadi dua tetapi tidak merusak hubungan harmonis didalamnya. Desa Ambowetan masih memegang teguh dan menjunjung tinggi nilai gotong royong dan kebersamaan serta menghargai warga desa Ambokulon.